Header Ads

Isoopo Motivation
  • Breaking News

    Budidaya Semut Rang-rang Dengan Toples Bekas




    Rata-rata pencinta burung berkicau pasti mengenal binatang kecil bernama Semut Rangrang. Sebenarnya banyak namanya mulai dari semut rangrang, semut merah, kranggan, semut kroto dan lainnya. Dan keistimewaan semut ini adalah menghasilkan kroto. Kroto adalah telur yang dihasilkan oleh semut rangrang. Kroto merupakan salah satu sumber protein hewani terbaik dan bagus untuk pakan burung terutama burung berkicau. Dengan semakin banyaknya pencinta burung ocean maka
    semakin besar pula pemintaan produk yang satu ini. 

    Dan pernahkah Anda membayangkan bahwa semut tersebut bisa dibudidayakan dan menjadi alternatif tambahan penghasilan? Jika belum, saatnya Anda perlu sedikit meluangkan waktu untuk berkunjung ke rumah Sukarmin, salah satu warga Padukuhan Blimbing, Desa Karangrejek, Kecamatan Wonosari. Pasalnya sejak beberapa bulan lalu ia telah mencoba peruntungan dengan membudidayakan semut Rang-Rang (Ngangrang) dan kini hampir menuai sukses.

    Mungkin bagi sebagian orang menganggap bahwa budidaya semut Rang – Rang merupakan sebuah ide gila yang tidak masuk akal. Tetapi lewat tangan dingin Sukarmin, semut yang notabene merupakan serangga yang dibenci sebagian orang, bisa jadi salah satu sumber pendapatan tambahan. Bahkan tidak menutup kemungkinan, berawal dari ide gila atau kreatif, seseorang bisa meraup kocek ratusan ribu rupiah dalam sebulan hanya dari semut.

    “Selain mudah dalam perawatan dan tidak memerlukan lahan luas, budidaya semut tidak membutuhkan modal besar tetapi bisa menambah penghasilan dari penjualan kroto (telur semut). Kami menangkap peluang bisnis itu berawal dari kebutuhan akan kroto di pasaran yang masih sangat minim, sedang permintaan membludak. Khususnya di Yogyakarta, kroto dijadikan sebagai pakan tambahan (extrafood) burung berkicau dan campuran umpan ikan,” kata Sukarmin menjawab pertanyaan Karangrejek.net di kediamannya, Jumat (23/3/2012).
    Melihat kenyataan di pasaran, melirik usaha penjualan kroto merupakan pilihan yang tepat bahkan bisa menjadi alternatif usaha yang cukup menjanjikan. 

    Hal ini dipengaruhi mahalnya harga kroto dimana per 1 kilogramnya bisa mencapai Rp 70.000 – Rp 90.000 di tingkat pengepul. Padahal jika dalam kondisi normal, produktivitas telur semut mampu menghasilkan kroto antara 0,5 – 1 ons tiap toples/botol setiap 15 – 20 hari. Dengan demikian berarti, dalam budidaya semut bisa menghasilkan kroto siap jual setiap 15 – 20 hari sekali.

    Dijelaskannya, untuk memulai usaha budidaya kroto seseorang harus menyiapkan beberapa komponen diantaranya adalah 
    - Lahan sekitar 2 – 3 m2, 
    - Rak, 
    - Toples/botol  ( untuk rumah semut )

    Kemudian pindahkan rumah semut dari alam (masih bentuk daun) ke dalam toples/botol. Setelah melalui proses adaptasi selama beberapa hari, semut menempati toples/botol dan pada saatnya nanti ratu semut akan mulai bertelur setelah dibuahi oleh beberapa pejantan. Sedang perawatannya hanya diberi makan berupa belalang, jangkrik maupun ulat berikut minuman berupa air gula secukupnya.

    “Saat ini kami baru memiliki modal 95 toples semut, sebagian besar sudah menghasilkan kroto. Kemungkinan kami baru bisa melakukan panen kroto perdana sekitar Bulan Mei mendatang. Diperkirakan, hasil panen kroto 95 toples bisa menghasilkan kroto minimal 4,75 kilogram. Jika dirupiahkan sedikitnya mencapai Rp 332.500 tiap 20 hari sekali dengan asumsi harga kroto Rp 70.000 per kilogramnya,” ucap Sukarmin optimis mampu menutup target 300 toples indukan semut Rang – Rang pada tahun 2012 kala itu.

    Secara terpisah Kepala Desa Karangrejek, Kasdi Siswo Pranoto mengharapkan agar peluang usaha budidaya semut Rang – Rang tersebut segera mendapat perhatian dan bimbingan dari Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam hal pengembangannya. Selain merupakan usaha yang masih terbilang menjanjikan, program budidaya semut juga dinilai dapat memberikan peluang kerja dan tambahan pendapatan masyarakat di masa mendatang. 

    Catatan : Dalam melakukan pemanenan tidak selamanya, setiap 20 hari tersebut dilakukan pemanenan tapi ada masa kita harus berhenti melakukan kegiatan panen kroto karena akan mengakibatkan koloni semut kroto menyusut. Sebaiknya ketika memulai ternak kroto, bibit yang pertama kali di ternakkan dibiarkan berkembangbiak 3-5 bulan baru kemudian dilakukan pemanenan kroto secara berkala.

    Gak ada salahnya Untuk di coba bukan ??
    Pusat Budidaya Semut Rang-rang :
    http://telursemutkroto.blogspot.com












    No comments

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad