ANTRAKS : Apa dan Bagaimana ?
Apa sebenarnya Antraks ?
Menurut laman badan kesehatan dunia WHO, antraks adalah penyakit yang disebabkan bakteri bacillus anthracis. Penyakit ini telah ada sejak ratusan tahun silam. Hingga kini masih terjadi secara alami baik pada hewan maupun manusia.
Di Indonesia, antraks pertama kali ditemukan di Teluk Betung Propinsi Lampung pada tahun 1884. Pada tahun 1885 dilaporkan terjadi antraks di Buleleng (Bali), Rawas (Palembang) dan Lampung. Pada tahun 1886 antraks dilaporkan terjadi di daerah Banten, Padang, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur. Departemen Pertanian menyebutkan bahwa daerah endemik antraks di Indonesia meliputi 11 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Tenggara, dan Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Penting untuk diketahui bahwa antraks adalah penyakit yang bersifat zoonosis. Artinya, dapat ditularkan dari hewan ke manusia, namun tidak dapat ditularkan sesama manusia.
Bakteri antraks dapat bertahan hidup di lingkungan dengan membentuk spora. Nama antraks berasal dari bahasa Yunani, yang berarti batu bara. Nama itu tercermin lewat kulit korban penyakit ini yang berubah menghitam layaknya batu bara.
Menurut dr. Budi Tri Akoso yang pernah menjabat Direktur Bina Kesehatan Hewan pada Direktorat Jendral Peternakan Indonesia, dunia medis mengenal tiga jenis antraks. Masing-masing jenis antraks memiliki gejala yang berbeda, seperti dipaparkan dalam laman WHO.
Antraks Cutaneous atau Antraks Kulit.
Ini adalah penyakit antraks paling umum. Biasanya terjadi saat orang yang mengalami luka pada kulit mengalami kontak langsung dengan spora antraks.
Alhasil, kulit gatal dan menimbulkan luka hitam. Pada sebagian orang, sakit kepala, nyeri otot, demam, dan muntah adalah gejala penyakit ini.
Gejala penyakit antraks pada kulit manusia ditandai dengan kulit yang tampak melepuh berisi cairan, di sekitarnya tampak merah dikelilingi peradangan di tangan, lengan dan kepala pasien, jika menderita luka terbuka segeralah diobati dan dicegah dari kontak langsung spora bakteri
Antraks dapat memasuki tubuh manusia melalui usus, paru-paru (dihirup), atau kulit (melalui luka).
Menurut Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik, Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UGM, dr. R. Ludhang Pradipta Rizki, M.Biotech, Sp.MK, antraks kulit harus ditangani cepat oleh tenaga medis.
"Jika menderita luka terbuka segeralah diobati dan dicegah sedemikian mungkin dari kontak langsung spora bakteri. Selain itu dipertimbangkan pula pemusnahan bangkai hewan yang mati karena anthrax secara benar," jelasnya.
Antraks Gastrointestinal.
Penyakit ini diderita akibat makan daging hewan yang terinfeksi antraks. Gejala awalnya mirip keracunan makanan, hanya saja nyeri perutnya lebih parah. Korban juga muntah darah dan diare berat. Sama seperti antraks kulit, penyakit ini harus ditangani oleh tenaga medis profesional.
Antraks Paru.
Ini adalah jenis antraks paling langka dan gawat. Penyakit ini diakibatkan oleh ekspos spora antraks dalam jumlah besar, atau menghirupnya. Gejala awalnya mirip orang pilek, namun kemudian berkembang menjadi kesulitan bernapas dan syok. Evaluasi medis dan pengobatan untuk penyakit ini sangatlah penting.
Antraks biasa ditularkan kepada manusia disebabkan pengeksposan kepada hewan yang sakit atau hasil ternakan seperti kulit dan daging, atau memakan daging hewan yang tertular antraks. Selain itu, penularan juga dapat terjadi bila seseorang menghirup spora dari produk hewan yang sakit misalnya kulit atau bulu yang dikeringkan. Pekerja yang tertular kepada hewan yang mati dan produk hewan dari negara di mana antraks biasa ditemukan dapat tertular B. anthracis, dan antraks dalam ternakan liar dapat ditemukan di Amerika Serikat.
Daging yang terkena antraks mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- Berwarna hitam
- Berlendir
- Berbau
Antraks bisa diobati, dengan pemberian antibiotik, biasanya penisilin, yang akan menghentikan pertumbuhan dan produksi toksin. Pemberian antitoksin akan mencegah pengikatan toksin terhadap sel. Terapi tambahan, seperti sedation (pemberian obat penenang). Namun, pada level toksin sudah menyebar dalam pembuluh darah dan telah menempel pada jaringan maka toksin tidak dapat dinetralisasi dengan antibiotik apapun. Walaupun dengan pemeberian antitoksin, antibiotik, atau terapi, pasien tentu mempunyai rasio kematian.
Review :
- https://beritagar.id/artikel/gaya-hidup/apa-itu-antraks
- http://jogja.tribunnews.com/2017/01/20/kenali-penyakit-antraks-dan-gejalanya-bila-menyerang-manusia
- https://id.wikipedia.org/wiki/Antraks
No comments